Film Ngapak Pendek di Lokasi TMMD Reguler Banyumas, Angkat Kisah Penderes Kelapa



Banyumas – Selain TNI, kegiatan TMMD Reguler 108 Kodim 0701 Banyumas Tahun 2020 yang di Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, juga melibatkan unsur Polri, aparatur Pemda, Mahasiswa, segenap Ormas, dan warga setempat khususnya.

Guna mempublikasikan berbagai tahapan, bentuk kegiatan, potensi desa dan masyarakat, serta gotong royong masyarakat bersama TNI, Kodim Banyumas telah menggandeng sejumlah media sosial baik itu cetak, elektronik maupun online.

Selain itu, juga akan dibuat film pendek untuk menambah penyampaian informasi tentang kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat, yang dilakukan oleh para youtuber Koplak Story Production atau Pitoe Official Multimedia, dari Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.

Salah satu potensi ekonomi masyarakat Petahunan yang coba diangkat melalui cerita koplak adalah tentang kisah penderes nira kelapa sebagai bahan baku kerajinan gula kristal.

Ada yang menarik pada pembuatan film ini, yaitu tokoh utamanya Warjono (35) alias Warso, satu warga setempat Dukuh Semingkir RT. 05 RW. 03, sangat menjiwai perannya. Bahkan Warjono sempat beberapa kali menangis di berbagai sesi syuting yang dilakukan di kebun yang berada di samping jalan beton TMMD, pertengahan 1,8 kilometer.

Dibenarkan Ketua Tim Publikasi TMMD Reguler 108 Banyumas, Letda Armed Sukirno, bahwa kemungkinan kisah cerita dalam film itu menggambarkan kisah pahit hidup yang harus dijalani buruh tani tersebut.

“Di Desa Petahunan, setiap hari para penderes harus mengambil air nira di atas pohon kelapa yang tingginya bisa mencapai 30 meter. Bukan hanya satu pohon, dalam satu hari mereka harus memanjat 20-25 batang sehingga hasilnya cukup untuk kebutuhan keluarga,” terangnya.

Sementara dari pengakuan Warjono, dirinya tidak mendapatkan upah namun hasil dari sisa nira setiap batang yang didapatkannya dalam satu bulan.

“Saya harus setor kepada majikan sebanyak 1 kg gula kristal per batang kelapa setiap satu bulan sekali. Upah saya ya kelebihan 1 kg itu setiap batangnya,” ujarnya.

Jadi jika dirinya mengelola 20 batang, maka harus menyetor kepada majikan sebesar Rp. 350 ribu atau 20 kg gula kristal per bulannya.

Alternatif lain adalah, mendapatkan bonus 1 hari mengambil nira di 20 batang secara gratis dengan catatan menyetor hasil harian selama 1 minggu kepada majikan.

“Saya sendiri hanya memiliki 5 batang pohon kelapa yang hasilnya dibuat sendiri menjadi gula kristal, dan dijual untuk menambah uang. Saya tidak berani memanjat pohon kelapa jika hujan dan petir,” imbuh Warjono, yang mampu memanjat 30-50 batang kelapa dalam setengah hari jika cuaca bagus.

Untuk itulah dirinya berharap adanya bantuan modal suku bunga rendah untuk istrinya membuka warung kelontong.

Penderes tersebut juga mengaku, bantuan yang didapatkannya adalah PKH senilai Rp. 75 ribu setiap bulannya semenjak pandemi. Untuk itulah dirinya juga berharap bantuan BST senilai Rp. 600 ribu setiap 3 bulan sekali.

Untuk diketahui, kisah penderes Warjono/Warso, dapat ditonton melalui saluran youtube tersebut, atau di channel youtube Pendim 0701 Banyumas. Untuk versi trailernya di channel youtube milik Agus Wahyudi Asmana. (Aan)

Post a Comment

Previous Post Next Post