Kita semua tau dengan lajur Kaitulistiwanya dengan Hilirisasi bentangan Bukit Barisan dari ujung Aceh hingga semenanjung Selat Sunda Pulau Sumatera memiliki Iklim Tropis dengan karakteristik duamusim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Dengan suhu rata-rata bervariasi antara 20-30°C, tergantung pada wilayah dan Elevasi yang berafiliasi pada Curah hujan yang Relatif tinggi, di beberapa wilayah lebih dari 3.000 mm per tahun.
Seperti yang sama sama kita ketahui Musim hujan di sepanjang hamparan zona Andalas ini biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Maret, dengan puncaknya pada bulan Desember hingga Januari, sedangkan Musim Jemarau biasanya terjadi pada bulan April hingga September.
Selain itu Sumatera juga memiliki beberapa wilayah dengan Karakteristik iklim yang berbeda-beda seperti Pesisir barat, Wilayah ini memiliki curah hujan yang lebih tinggi dari pada wilayah lainnya, yang bertolak belakang dengan Dataran tinggi, yang memiliki suhu lebih rendah dari pada wilayah lainnya.
Sementara itu iklim di Sumatera ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti Monsun, yaitu angin yang bertiup dari Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan, yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya curah hujan di sepanjang Sumatera.
Menurut bebetapa data yang dilansur BMKG dalam beberapa tahun terakhir, Sumatera telah mengalami perubahan iklim yang signifikan, seperti peningkatan suhu dan perubahan pola curah hujan. Hal ini dapat berdampak pada lingkungan, pertanian, dan kehidupan masyarakat di Sumatera.
Salah satunya Sumatera Barat, yang notabene memiliki Pengunungan Hijau dan Hamparan Pesisir Baratnya yang luas, yang mana saat ini Sumatera Barat, mengalami Fenomena Cuaca serta Iklim yang tidak menentu.
Seperti beberapa hari belakangan ini Sumatera Barat, Lubuk Basung, Kabupaten Agam, khususnya mengalami hawa panas di pagi hari, tiba tiba hujan deras di waktu sore dan malam hari, bahkan tidak turun hujan sama sekalinya.
Namun pergantian cuaca yang tiba tiba yang dikawatirkan mempengaruhi aktifitas harian Warga juga disinyalir berpotensi bencana.
Berdasarkan Data yang dihimpun Realitakini.com, dari BMKG.Co.id, terkait cuaca tidak menentu ini merupakan salah satu Dampak dari Anomaly iklim Global. Seperti La Nina dan El Nino, yang meng ganggu Sistem Cuaca Normal.
Selain itu, Pemanasan Global ini juga berkontribusi mempengaruhi meningkatkan Kadar Uap Air di Atmosfer yang mengakibatkan Hujan bisa Turun yang lebih Deras meskipun dengan Rirme waktu yang sikat.
Dengan Cuaca Ekstrem ini, memberikan berbagai Dampak di beberapa Sektor seperti Sektor Pertanian yang membutuhkan Kepastian Humus Tanam, sementara Tanaman mudah rusak dengan Resiko Gagal Panen akibat diterpa Angin kencang serta curah hujan yang sangat deras.
Sementara Perubahan Suhu yang berubah Drastis dari Dingin menjadi Panas dan sebaliknya, yang memicu tingginya penyebaran Penyakit Flu dan ISPA terutama pada usia anak dan lansia.
Dewasa ini beberapa Pakar Lingkungan di Indonesia berpendapat, Iklim Cuaca yang tidak menentu ini bukan lagi kategori Siklus biasa, melainkan sudah berada pada face Krisis iklim Global, yang dikarena kan ketidak Stabilan Atmosfer, Pola Angin, Suhu dan Curah Hujan yang berubah ubah yang tidak bisa diabaikan.
Jika hal ini terus berlanjut, Cuaca Ekstrem akan merugikan seluruh Masyarakat dan Lingkungan sekitar, oleh karenanya diperlukan Kesadaran bersama, kesiap siagaan dari Pemerintah, serta Kepedulian setiap Individu agar Dampaknya bisa ditekan semaksimal mungkin, seperti Pengurangan Emisi Karbon, Penghijauan dan Pengelolaan Ruang terbuka Hijau.(Bagindo/int)
Tags:
Agam