Festival Literasi III resmi dibuka pada Jumat
(25/7) oleh Wali Kota Padang Panjang, Hendri Arnis, yang didampingi oleh Bunda
Literasi Kota, Ny. Maria Feronika Hendri. Acara pembukaan ditandai dengan
pemotongan pita dan pelepasan balon, disaksikan oleh Forkopimda, Wakil Wali
Kota Allex Saputra, Ketua DPRD, dan sejumlah pejabat daerah.
Mengusung tema “Literasi
Menuju Generasi Emas 2045”, festival ini menjadi bagian dari upaya
membangun generasi muda yang cerdas, kritis, dan berbudaya baca. Kegiatan
berlangsung selama tiga hari dengan partisipasi aktif dari berbagai kalangan.
Terdapat lebih dari 50 stand yang
meramaikan festival, terdiri dari instansi pemerintah, pelaku UMKM, kelurahan,
gugus sekolah, dan komunitas literasi. Stand-stand ini menampilkan produk
kreatif, buku, inovasi edukatif, dan berbagai hasil karya masyarakat.
Dalam sambutannya, Wali Kota Hendri Arnis menegaskan bahwa
pembangunan daerah tidak hanya sebatas fisik seperti jalan dan gedung,
melainkan juga membangun “infrastruktur pikiran” melalui literasi. Literasi,
menurutnya, adalah fondasi untuk menciptakan masyarakat yang tangguh dan
berpikiran terbuka.
“Festival ini bukan hanya seremoni tahunan,
tapi harus menjadi gerakan berkelanjutan. Literasi harus tumbuh dari rumah,
sekolah, masjid, dan kantor. Literasi bukan sekadar bisa membaca huruf, tetapi
memahami informasi, berpikir kritis, dan menyampaikan ide,” ujarnya.
Beragam kegiatan digelar dalam festival
ini, seperti lomba resensi buku, menggambar, mewarnai, pemutaran film edukatif,
gelar wicara bersama tokoh inspiratif, pameran literasi digital, hingga
pertunjukan seni budaya. Anak-anak, pelajar, dan orang tua tampak antusias mengikutinya.
Bunda Literasi Kota, Maria Feronika Hendri, mengajak seluruh
lapisan masyarakat, khususnya para orang tua dan guru, agar terlibat aktif
dalam menghidupkan budaya literasi di rumah dan sekolah. “Jadikan rumah taman
baca pertama, dan orang tua sebagai pendongeng terbaik,” katanya.
Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan dari
Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat. Kepala Perwakilan BI Sumbar, Mohamad Abdil
Majid Ikram, menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen mendukung kegiatan literasi
karena berdampak langsung pada peningkatan kompetensi generasi muda.
“Literasi akan membentuk pola pikir anak-anak kita. Kami
mengapresiasi Pemko Padang Panjang, BUMN dan BUMD yang terus berkontribusi
dalam gerakan ini,” ungkapnya.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan
Provinsi Sumbar, Jumaidi, menambahkan bahwa literasi bukan hanya membuka
wawasan, tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan. “Hasil literasi harus
dibagikan dan dimanfaatkan oleh semua kalangan,” katanya.
Di sela acara pembukaan, Wali Kota Hendri
menyerahkan hadiah kepada para pemenang lomba video literasi dan resensi buku.
Linda Wahyuni keluar sebagai juara 1 lomba video literasi, disusul Mhd Hanafi
MEF dan Yasmin Aini. Juara pertama menerima hadiah Rp5 juta.
Untuk kategori resensi buku tingkat SMA,
juara pertama diraih Sang Mahamanusya dari SMAN 3. Sedangkan untuk tingkat SMP,
Fathiyya Assyifa dari MTsS Kauman Muhammadiyah keluar sebagai juara pertama.
Para pemenang lainnya menerima hadiah uang tunai dan piagam penghargaan.
Wakil Wali Kota Allex Saputra menyampaikan
rasa bangganya atas antusiasme peserta. Menurutnya, festival ini bukan sekadar
lomba, tetapi strategi membangun karakter dan nilai pada generasi muda Padang
Panjang.
“Ke depan, tantangan makin besar. Masa
depan tidak cukup dibangun dari aspal dan beton, tetapi dari gagasan,
kata-kata, dan semangat generasi melek literasi,” ujarnya saat memberi
sambutan.
Keesokan harinya, Sabtu (26/7), Wali Kota Hendri Arnis kembali
membuka Festival Pamenan Minangkabau II di
lokasi yang sama. Festival ini diinisiasi oleh Komunitas Seni Hitam Putih dan
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Kementerian Kebudayaan RI.
Dengan tema “Padusi
di Rumah Gadang”, festival ini menghadirkan lebih dari 20 kelompok
seni dan komunitas permainan tradisional anak nagari. Perempuan Minangkabau
diangkat sebagai subjek budaya yang menjaga nilai, mencipta seni, dan
menggerakkan komunitas.
Atraksi permainan tradisional seperti
badiah-badiah, enggrang, tangkelek, dan congklak sukses menarik minat
pengunjung. Banyak anak-anak mencoba permainan ini dengan antusias, merasakan
langsung warisan budaya yang mulai jarang ditemui.
Festival juga dimeriahkan dengan
pertunjukan seni, fashion show bertema etnik, serta panggung ekspresi kreatif
dari berbagai komunitas. Masyarakat terlihat antusias menyambut festival ini
sebagai bagian dari identitas budaya Padang Panjang.
Wali Kota Hendri menyampaikan bahwa pelestarian seni dan budaya adalah bagian dari visi strategis pembangunan manusia. Ia berharap generasi muda terus mengambil peran aktif dalam menjaga nilai-nilai lokal di tengah modernisasi. (Heri)



.jpeg)