Oleh : Novra Nurman
Hari ini Kabupaten Pasaman genap berusia 80 tahun, sebuah usia yang menandai perjalanan panjang daerah yang dikenal dengan keberagaman suku, budaya, serta kekayaan alamnya. Dengan luas wilayah mencapai 3.947.63 km², Pasaman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki karakter geografis dan sosial yang unik — bahkan dilalui oleh garis khatulistiwa, simbol keseimbangan alam dan kehidupan.
Kabupaten Pasaman berdiri pada 8 Oktober 1945, dan tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Pasaman melalui Keputusan DPRD No.11/KPTS/DPRD/PAS/1992 serta Keputusan Bupati Pasaman No.188.45/81/BUPAS/1992. Sejak itu, daerah ini telah melewati berbagai fase pembangunan, dengan 20 kepala daerah yang pernah memimpin, dimulai dari Abdoel Rahman St.Larangan sebagai pejabat pertama pada masa awal berdirinya.
Keberagaman sebagai Kekuatan
Pasaman merupakan miniatur Indonesia dalam skala kecil. Masyarakatnya terdiri dari berbagai etnis Minangkabau, Mandailing, Jawa dan Melayu, yang hidup berdampingan dan saling melengkapi. Keberagaman ini tidak hanya tercermin dalam adat dan bahasa, tetapi juga dalam tradisi, kuliner, serta nilai-nilai sosial yang mengutamakan gotong royong dan kebersamaan.
Ekonomi Rakyat dan Kemandirian
Sebagian besar masyarakat Pasaman menggantungkan hidup pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan . Aktivitas bercocok tanam masih dilakukan secara tradisional, dengan padi, jagung dan kelapa sawit sebagai komoditas utama. Selain itu, sektor perdagangan besar dan kecil mulai berkembang.
Potensi besar juga datang dari perikanan darat dan sumber daya alam yang melimpah. Namun, tantangan seperti modernisasi pertanian, infrastruktur pendukung, serta peningkatan sumber daya manusia masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah ke depan.
Tantangan dan Harapan di Usia 80
Memasuki usia delapan dekade, Pasaman dihadapkan pada tantangan baru, bagaimana menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian lingkungan. Daerah yang dilalui garis khatulistiwa ini memiliki ekosistem yang kaya, namun juga rentan terhadap perubahan iklim dan eksploitasi berlebihan.
Dengan semangat Hari Jadi ke-80, Pasaman perlu memperkuat arah pembangunan yang berkelanjutan. Pemerintah daerah bersama masyarakat harus bahu-membahu membangun sektor ekonomi berbasis potensi lokal, meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan publik, serta menyiapkan generasi muda yang kreatif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.
Menatap Masa Depan
Pasaman bukan sekadar catatan sejarah di peta Sumatera Barat, tetapi simbol dari keteguhan masyarakatnya dalam menjaga jati diri dan terus berinovasi. Di bawah naungan khatulistiwa, Pasaman memiliki peluang besar untuk tumbuh menjadi daerah yang maju, sejahtera dan berdaya saing, tanpa kehilangan akar budaya yang telah diwariskan sejak 80 tahun lalu.
Selamat Hari Jadi Kabupaten Pasaman ke-80.
