Anggota DPR RI Komisi VIII dari Fraksi PKB, KH An’im Falachuddin Mahrus, menggelar kegiatan NGOPI (Ngobrol Pendidikan Islam) bersama para santri dengan mengangkat tema “Digitalisasi Pesantren: Tantangan dan Peluang di Era Teknologi”, Rabu (17/12/2025).
Kegiatan yang berlangsung di Wisata Edukasi Kampung +Coklat, Kabupaten Blitar, ini diikuti oleh santri dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Blitar, Tulungagung, dan wilayah sekitarnya. Diskusi semakin kaya dengan kehadiran narasumber dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Dalam kesempatan tersebut, KH An’im Falachuddin Mahrus menegaskan bahwa digitalisasi merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh lembaga pendidikan, termasuk pesantren.
“Melalui acara NGOPI ini, kita ingin membahas bagaimana digitalisasi pesantren bisa benar-benar tercover dan menjadi bagian dari sistem pendidikan pesantren itu sendiri,” ujarnya saat diwawancarai media.
Menurutnya, perkembangan luar biasa teknologi digital dan media sosial telah merambah hampir se luruh sektor kehidupan, mulai dari pendidikan, ekonomi, administrasi, hingga dunia kesehatan.
“Sekarang ini bahkan sudah ada sistem operasi jarak jauh dalam dunia kedokteran. Ini menunjukkan betapa luar biasanya kemajuan digitalisasi,” jelas Gus An’im, sapaan akrabnya.
Oleh karena itu, ia menilai pesantren tidak boleh tertinggal dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu menguasai teknologi digital dan media sosial secara bijak. Gus An’im juga meng apresiasi para tokoh muda pesantren yang telah memanfaatkan media digital sebagai sarana dakwah dan pendidikan.
“Kita lihat beberapa tokoh muda seperti Gus Son, Gus Iqdam, Gus Kautsar, Gus Ilham, dan lainnya sudah memanfaatkan media sosial untuk pengajian online. Ini membuat dakwah pesantren lebih dikenal luas dan manfaatnya bisa dirasakan masyarakat secara lebih besar,” ungkapnya.
Namun demikian, ia mengakui bahwa pesantren masih menghadapi sejumlah kendala, terutama ke terbatasan anggaran dalam penyediaan perangkat digital dan peningkatan kapasitas SDM.
“Ke depan, kami berharap pemerintah memberikan perhatian yang lebih konkret kepada pesantren, termasuk dukungan anggaran, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk penyediaan alat-alat digitalisasi,” tegasnya.
Ia menambahkan, meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai program pendidikan seperti Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda yang berorientasi internasional, pesantren tetap harus menjadi perhatian utama.
“Pesantren ini sudah ada jauh sebelum kemerdekaan. Kontribusinya bagi bangsa tidak bisa diabaikan,” katanya.
Namun, untuk menjaga para santri agar tidak terkena imbas atau pengaruh negatif dari medsos dan di gitalisasi memang ada beberapa pesantren yang masih membatasi kegiatan medsos, ini salah satu antisipasi agar para santri tidak terkena efek medsos negatif.
"Seperti kejadian kemaren terkait dugaan penghinaan terhadap pesantren itukan informasi dari medsos, nah antisipasi kita juga memberikan bantahan bantahan atau bahasanya6 hak jawab lewat medsos dan alat digiltalisasi, agar kita lebih bijak mengunakan medsos ," pungkas Anggota Gus An'im.
Melalui kegiatan NGOPI ini, diharapkan pesantren mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi tanpa kehilangan nilai, tradisi, dan jati diri keislaman yang selama ini menjadi kekuatannya.(*)
Tags:
Jatim
