Kelompok Teroris Abu Sayyaf Disandera Warga Kota Padang

Realitakin.Com-Padang
Camat Kuranji Salisma Anasrul, dan Lurah Pasar Ambacang Syafruddin  dan Wakil Walikota Padang H Emzalmi Zaini yang didampingi Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Evi Yandri Rajo Budiman, , berusaha menghimbur keluarga Wendi Raka Dian. Ia menegaskan, Pemerintah Republik Indonesia tentu berusaha membebaskan semua sendera, karena itu sudah menjadi tanggungjawab negara

Satu orang warga Kota Padang menjadi sandera kelompok teroris Abu Sayyaf. Warga padang di Sandra  bernama Wendi Raka Dian berumur 29. Hal itu baru diketahui oleh keluarga Wendi Raka Dian dari pemberitaan televise,” ungkap Aidil, ayah Wendi Raka Dian kepada Wakil Walikota Padang H Emzalmi Zaini yang berkunjung ke rumah keluarga tersebut, Selasa (29/3/2016) malam. lebih lanjuat ia mengatkan, "Kami baru tahu anak kami masuk dalam 10 orang awak kapal dari pemberitaan televisi. Saat ini yang dapat kami lakukan adalah memantau kondisi anak kami melalui pemberitaan yang ada dan informasi dari perusahaan tempat dia bekerja,"

 Lebih lanjut Aidil mengatakan ,” anak kami bekerja di PT Patria Maritim Line sejak tahun 2013. Selama bekerja di perusahaan tersebut belum ada kejadian seperti ini. "Bahkan anak kami mengatakan, setelah tugas kali ini, dia akan pulang ke Padang untuk liburan," ungkap Aidil, yang juga staf kantor Lurah Cupak Tangah. Kami berharap, pemerintah segera dapat membebaskan anak kami dalam kondisi sehat wal afiat," ungkap  Asmizar, ibu Wendi Raka Dian, dengan  isak tagis  pilu.

Wakil Walikota Padang H Emzalmi Zaini yang didampingi Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Evi Yandri Rajo Budiman, mantan Camat Kuranji Salisma Anasrul, dan Lurah Pasar Ambacang Syafruddin, berusaha menghimbur keluarga Wendi Raka Dian. Ia menegaskan, Pemerintah Republik Indonesia tentu berusaha membebaskan semua sendera, karena itu sudah menjadi tanggungjawab negara. "Kami sangat prihatin atas kejadian ini. Tapi kita sadari bahwa kejadian ini menjadi resiko pekerjaan. Kami yakin, pemerintah pasti sudah melakukan langkah-langkah yang terbaik untuk menyelatkan warganya. Sebenrnya tujuan teroris Abu Sayyaf  sebenarya  mencari dana segar untuk perjuangan mereka. Yang jelas, kita berdoa agar Wendi Raka Dian pulang dalam kondisi selamat dan berkumpul kembali dengan keluarganya," ungkap Wawako H Emzalmi Zaini.

Sebagaimana diberitakan media nasional, sebanyak 10 awak kapal pandu Brahma 12 beserta muatan batubara milik perusahaan tambang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, disandera kelompok teroris Filipina Abu Sayyaf sejak Sabtu (26/3/2016). Sebanyak 10 awak kapal dan seluruh muatan batubara dibawa penyandera ke tempat persembunyian mereka di salah satu pulau di sekitar Kepulauan Sulu
.
Kepala Badan Intelijen Negara Sutiyoso menjelaskan, pihaknya telah berkomunikasi secara intens dengan pihak otoritas Filipina terkait pembajakan sebuah kapal pandu penarik ponton bermuatan batubara dari Indonesia di sekitar perairan Filipina. Sutiyoso mengatakan, kapal pandu itu kini dalam keadaan kosong dan ditinggal begitu saja di lepas pantai Kepulauan Sulu, Filipina.”Mereka meminta tebusan 50 juta peso (sekitar Rp 14,3 miliar) untuk pembebasan 10 sandera itu. Kami terus berkoordinasi dengan pihak keamanan Filipina untuk menentukan langkah lebih lanjut,” ujar Sutiyoso di Jakarta, sebagaimana diberitakan media nasional Kompas.com, Senin (28/3/2016) .Sementara itu, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Laksamana Ade Supandi mengatakan, saat ini sudah ada patroli unsur keamanan laut di perairan sekitar Ambalat.


Militer Filipina sudah memasukkan kelompok Abu Sayyaf sebagai teroris lokal yang kerap menculik dan menyandera orang asing untuk mendapatkan tebusan. Kelompok ini juga terkait dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).Pada September 2015, kelompok ini menculik warga Kanada, Norwegia, dan Filipina dari sebuah resor pantai kelas atas di Filipina selatan. MerPada September 2015, kelompok ini menculik warga Kanada, Norwegia, dan Filipina dari sebuah resor pantai kelas atas di Filipina selatan. Mereka menuntut tebusan 21 juta dollar AS untuk setiap sandera. (*wt)
Previous Post Next Post