Yunanto: Betapa Indahnya Ragam Berita Bila Selaras Warna Pelangi

Realitakini.com, Kabupaten Malang 
Tak henti-hentinya, wartawan Harian Sore Surabaya Post 1982 - 2002 Yunanto berbagi ilmu jurnalistik melalui tulisan artikelnya. Kali ini, dalam tulisannya ia membayangkan betapa indahnya ragam berita media dalam jaringan (daring) atau online, andai berbeda-beda dalam penyajiannya. 

Ibarat pelangi, tentunya menjadi tidak indah andai pelangi hanya sewarna, begitu halnya penyajian jenis bentuk berita dan gaya bahasa jurnalistik, berpotensi melahirkan kejenuhan di kalangan komunikan media bila tidak memiliki kekuatan membangun ciri khas.  

Padahal, perbedaan itu sesungguhnya indah dalam keharmonisan yang serasi dan selaras, di situ esensi keindahan bersemayam, tulis Yunanto. 

Saat ini, tulis Yunanto, sangat sedikit media daring yang "berani" ke luar dari kebiasaan menyajikan _what lead, who lead_ atau gabungan keduanya. Ragam gaya bahasa dalam tubuh berita pun sama atau serupa, mulai dari teras berita ( _lead_) hingga ekor berita,  serupa pelangi satu warna. Di mana indahnya? 

Lanjut Yunanto, memang benar, intisari berita adalah _what_ dan _who_. Namun teknik penyajian _lead_ yang memikat idealnya tidak terpaku pada elemen _what_ dan _who_. Di mana ciri khas dan karakter medianya?  

Selanjutnya, ragam kalimat judul dan jenis teras berita di beberapa media daring saat ini, tulis Yunanto, belum bisa membangun ciri khas dan karakternya. Pendek kata, bila para jurnalis berani tampil beda dengan _soft news, indepth news, depth reporting, feature_, bahkan publikasi analisis dan prediksi. Kekhasan dalam aneka ragam penampilan beda, sungguh akan seindah pelangi. 

Dengan demikian, "Kunci" pertama yang harus dimiliki oleh media massa (termasuk media daring) adalah politik redaksional. Harus jelas, tegas dan lugas "jenis kelamin" medianya dan  spesifikasi publikasinya. Dari sini awal membangun kekhasan suatu media sekaligus karakternya. 

Boleh-boleh saja politik redaksional menetapkan sebagai media umum. Artinya, semua ragam peristiwa "dimakan" habis. Mulai dari peristiwa hukum/kriminal, ekonomi, politik,  pemerintahan, pendidikan, seni budaya, olahraga dan lainya. Namun tetap harus dihadirkan pembeda pada teknik penyajian. 

Seperti di bagian awal dan akhir artikel Alumnus Sekolah Tinggi Publisistik Jakarta ini, kerap membayangkan, seandainya ada media daring yang tampil beda dalam ciri khas dan karakter publikasi, maka jagat publikasi Indonesia bagaikan pelangi. Warna-warni, "Indah".(al)


Post a Comment

Previous Post Next Post