Laki-laki Paling Tua di Banyumas Ini Apresiasi Jalan TMMD Reguler



Banyumas – Inilah Mbah Sapan (115), laki-laki paling tua atau sesepuhnya Desa Petahunan, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang masih bisa melihat jalan yang dulunya setapak menuju sawah dan kebun warga setempat, kini berangsur-angsur menjadi jalan beton selebar 3,75 meter dan panjangnya tak tanggung-tanggung, 1,8 kilometer.

“Seneng weruh ABRI bangun dalan kui, dalane nyong neng tegal,” ujarnya warga Dukuh/Desa Petahunan RT/RW. 02 itu dengan logat ngapak Banyumasan, sepulang dari kebun dengan melewati jalan TMMD yang progresnya 920 meter, Minggu (12/7/2020).

(Senang bisa melihat TNI membangun jalan itu, jalannya saya menuju ke kebun – red).

Tentunya sang kakek tak mengira, jika di usia satu abad lebih 15 tahun ini masih sempat melihat jalan pertanian itu, juga akan menjadi jalan pariwisata menuju obyek wisata air terjun bertingkat tujuh “Curug Nangga” itu, dilalui wisatawan yang akan datang.

Selain itu, akses tersebut juga akan membuka potensi wisata terpendam lainnya, yaitu Curug Rinjing, Curug Pengantin, Tuk Pengasinan, Petilasan Pertapaan Ki Ajar Wirangrong, dan juga Makam Eyang Gusti Aji.

Untuk itulah, juru kunci Petilasan Pertapaan Ki Ajar Wirangrong atau Mbah Langlang Jagad ini mendoakan kepada TNI, masyarakat dan segenap unsur lainnya yang sedang menyelesaikan jalan, agar diberikan kesehatan, keselamatan, dan juga kekuatan sehingga jalan segera selesai.

Untuk sekedar diketahui, Ki Ajar Wirangrong atau Mbah Langlang Jagad atau Adipati Pager Gunung Rajeg Wesi, adalah seorang ksatria hebat yang menjadi brahmana sakti mandraguna.

Sosok yang hidup di zaman kerajaan Sunda dengan ibukotanya adalah Pakuan Pajajaran, dan saat ini adalah wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sosok merupakan satu seperguruan dengan Raja Sunda Galuh (1030-1579 M), yaitu Rahyang Dewa Niskala Wastu Kancana, ayah dari Prabu Siliwangi.

Sementara di zaman pemerintahan Prabu Siliwangi, Ki Ajar Wirangrong pernah menjadi perwira komandan pasukan elit Kerajaan Galuh, dan selanjutnya menjadi Brahmana untuk bertapa dimana-mana, sebelum akhirnya mendirikan padepokan di ngarai yang berada sisi timur lereng Gunung Tangkuban Perahu, dengan nama Padepokan Sangkuriang.

Padepokan ini didirikan sebagai bentuk pengabdian Ki Ajar Wirangrong untuk mendidik para ksatria Kerajaan Sunda sehingga menjadi ksatria yang tangguh di bidang olah keprajuritan, termasuk murid dari rakyat biasa diajarkan hidup mandiri dengan mengolah tanah pertanian yang terhampar di kaki Gunung Tangkuban Perahu tersebut.

Dengan dieksposenya kearifan lokal berupa petilasan tersebut melalui publikasi TMMD Reguler 108 Banyumas, diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat pada umumnya, sedangkan bagi warga setempat diharapkan mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang berasal dari para wisatawan sejarah yang akan datang. (Aan)

Post a Comment

Previous Post Next Post