Dengan alasan itu, kata Suryadi,
data pascabencana harus cepat, tepat, dan akurat. Salah satu untuk
mengetahuinya dengan Bimtek Jitu Pasna ini. Apabila semakin lama datanya
disusun, maka bantuan juga semakin lama sampai kepada korban bencana. Lalu,
lamanya waktu juga sangat rawan kepentingan berbagai pihak.
Karean itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) kembali menggelar kegiatan Bimbingan Teknis
(Bimtek) Pengkajian dan Perhitungan Pascabencana (Jitu Pasna) tahun 2021.
Hal ini di katakana oleh Kepala Bidang
Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sumbar, Suryadi Eviontri menerangkan, selain
meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah, Bimtek Jitu Pasna ini juga
untuk mendapatkan data yang akurat usai bencana. Salah satunya untuk
meminimalisir kerawanan kepentingan pihak di balik bencana.
Selain itu, pentingnya Bimtek Jitu
pasna ini, sebab selama ini banyak aspek kerusakan yang tidak atau lambat
terdata usai terjadinya bencana. Misalnya, fasilitas sekolah, fasilitas
kesehatan, dari bangunan hingga isi rumah, bahkan kerugian non-fisik seperti
terjadinya pengangguran dan lainnya akibat bencana.
"Kita tidak menginginkan
bencana terjadi, namun tetap siaga dan bersiap-siap jika terjadinya. Lalu
disamping itu, kita juga tidak mau ada bencana baru pascabencana,"
ujarnya.
Sementara tutor Bimtek Jitu Pasna, Raden Hutomo menambahkan, kegiatan ini sangat dibutuhkan untuk mengukur ketepatan data kerusakan dan kerugian akibat bencana. Tentu ini juga untuk menghindari manipulasi dan penyimpangan data, sehingga data yang didapatkan benar-benar akurat.Kendati begitu, dalam pengecekan akuratnya data dibutuhkan kolabirasi dan koordinasi dengan banyak pihak. Mulai keterlibatan masyarakat, perangkat desa, pihak instansi seperti BPBD di kabupaten dan kota. Maka sangat perlu SDM yang benar-benar bisa memahami atau menguasai cara kerja Jitu Pasna ini.
"Terobosan program Jitu Pasna
dilalukan oleh BPBD Sumbar ini sangat bagus, sebab bisa langsung menyiapkan SDM
hingga ke nagari. Kita harapkan, dengan Jitu Pasna ini data kerusakan dan
kerugian pascabencana lebih akurat," tukasnya. (*Rk)