Capaian tersebut tak datang secara instan. Sejak awal masa kepemimpinannya, Hendri Arnis telah menanamkan budaya perencanaan pembangunan berbasis ekologi dan efisiensi energi. Setiap proyek infrastruktur diarahkan agar ramah lingkungan, hemat energi, dan mendukung kelestarian tata ruang.
Dirjen Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri, Safrizal, menyebut penghargaan ini sebagai contoh inspiratif bagi daerah lain. “Anugerah ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan perguruan tinggi dalam membangun kota yang tangguh, hijau, dan berkelanjutan,” katanya.
Sebagai pemimpin, Hendri Arnis dikenal berorientasi pada masa depan dan mengedepankan kolaborasi lintas sektor. Ia percaya bahwa keberlanjutan bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pembangunan.
“Padang Panjang adalah kota kecil dengan semangat besar. Kita ingin setiap kebijakan pembangunan memiliki napas lingkungan dan kesejahteraan. Tidak ada pembangunan yang boleh merusak keseimbangan alam,” tegasnya dalam kesempatan terpisah.
Ciri khas kepemimpinan Hendri juga terlihat dalam caranya menggerakkan partisipasi warga. Melalui gerakan seperti Kampung Bersih, Bank Sampah, dan Program Taman Kota Terpadu, ia membangun kesadaran kolektif bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama.
Kota yang dulunya padat dan minim ruang hijau kini berubah menjadi lebih tertata, asri, dan inklusif. Jalur pedestrian diperluas, fasilitas publik dirancang ramah difabel, serta taman-taman tematik hadir di berbagai sudut kota.
Keberhasilan ini juga tidak lepas dari sinergi kuat antara Pemerintah Kota, Dinas Perkim LH, serta seluruh OPD dan masyarakat. “Kita sukses dalam pengelolaan kota hijau, penanganan pencemaran, serta peningkatan fasilitas publik yang ramah untuk semua. Ini hasil kerja keras bersama,” ujar Hendri.
Ia menegaskan, penghargaan ini bukanlah titik akhir, melainkan awal dari komitmen baru menuju kota yang semakin tangguh dan berdaya saing lingkungan. “Kami akan memperkuat program penataan kota, energi terbarukan, serta digitalisasi tata kelola lingkungan,” jelasnya.
Dalam visinya, Padang Panjang diarahkan menjadi kota ekologi digital di mana teknologi dimanfaatkan untuk memantau kualitas udara, efisiensi energi, dan pengelolaan air secara real-time. Langkah ini sejalan dengan semangat Smart and Green City yang dicanangkan nasional.
Selain itu, Hendri juga ingin menjadikan Padang Panjang sebagai laboratorium kecil kota berkelanjutan di Sumatera Barat, tempat praktik baik kebijakan lingkungan dapat direplikasi oleh daerah lain.
“Penghargaan ini adalah milik seluruh warga Padang Panjang. Mari bersama menjaga kebersihan, menanam pohon, menghemat energi, dan terus bergerak menuju masa depan yang lebih hijau,” ajak Hendri penuh semangat.
Dengan ketegasan, keteladanan, dan visi hijau yang kuat, Hendri Arnis tak hanya membangun kota, tetapi juga menumbuhkan kesadaran baru: bahwa keberlanjutan adalah kunci kemajuan. Padang Panjang pun kini berdiri sejajar dengan kota-kota besar Indonesia, membuktikan bahwa ukuran bukan penghalang untuk berprestasi — asal ada komitmen, kerja keras, dan cinta pada lingkungan. (Heri)

.jpeg)
